TUHAN SALAH AKU MENJADI PELACUR
Tuhan, Salahkah aku menjadi pelacur
menikmati duniaku di ujung penat
menghibur diri saat sekarat
keputusanku memenuhi hasrat
Tuhan, salahkah Aku menjadi Pelacur
Dunia memakiku Sundal
Agama melarangku tak sakral
manusia-manusia berlagak panitia surga
menghakimiku dengan kuasa kekuasaan
mencacimakiku binatang jalang.
Aku menyadari itu salah
Tapi Apa yang harusku perbuat
Batas adaku hanyalah kemolekan wajah
kekayaan hidup hanya tubuhku
lalu apa yang harus aku persembahkan
Untuk memuaskan dahaga di kala haus
mengisi perut saat lapar
lantas, salahkah aku menjadi pelacur?
Di atas ranjang
Di malam yang Hening
Si Tuan Berdasi berlagak sok pahlawan
Menjanjikanku kesejahteraan
Di antara buah dadaku yang ranum mengantung
Selangkanganku yang basah tak pernah kering
Tuhan, aku tau dan aku malu
Aku sebenarnya tak pantas pasrah
meletakanku di bawah gesekan Ranjang
Bersama otoritasku di buat telanjang
Batinku menolak, sembariku menangis
Hatiku teriris
Tapi aku tak punya apa-apa
pendidikanku di bawah rata-rata
Lapangan pekerjaan tak tercipta untukku
Ekonomiku sekian sekarat
Lantas bagaimana aku hidup
Atas tuntutan kebutuhan, dan keinginan.
katanya Tanahku kaya dan subur
Tapi air ku beli
Tanah ku sewa
Hutan di bakar
Ku hirup udara dari asap yang mengumpal
Hidupku bagaikan mentari tak bersinar
Menyinari Nurani dari hati yang mati
Tuhan, salahkan aku menjadi pelacur
Jika ia maafkan
Aku hanya mempertahankan hidup
Juga Berharap
Negara berlaku adil
Gratiskan biaya pendidikan
Berikan lapangan pekerjaan
Ciptakan kesetaraan, kebebasan dan keadilan
Agar perutku tak lagi lapar
Jika Tidak
Tuhan, salahkan aku menjadi pelacur?
Kupang, 2023
Aryok Liu ✍️